Kabupaten Mesuji Lampung (PosperaNusantaraNews.com) Masyarakat desa Sungai cambai kecamatan Mesuji timur Tolak pembuatan saluran air kebun kelapa sawit Perseroan Terbatas Bangun Tata Lampung Asri (PT.BTLA), yang pembuangan nya ditembuskan langsung kesungai alam.(6/7/21)
http://posperanews.com/hut-bhayangkara-ke-75-polda-lampung-lakukan-ziarah-ke-makam-pahlawan/
Dari sejak jaman penjajahan sungai alam pusat penghidupan masyarakat Kabupaten Mesuji, karena setiap hari nya mulai mencari makan memenuhi kebutuhan sehari hari serta aktivitas rumah tangga semuanya mengandalkan air sungai tersebut.
“,P(40) kami menolak keras adanya’ penjebolan aliran yang langsung kesungai alam di jalan kabupaten Mesuji Lampung kecamatan Mesuji timur karena kami makan, minum, tergantung pada air yang mengalir di sungai, kalau Bupati Mesuji mengizinkan Berarti tidak memikirkan dampak negatif masyarakatnya sendiri
Sejak ada perkebunan kelapa sawit di wilayah desa dataran perairan kampung kampung yang berdiri di aliran sungai alam kami merasakan semua sangat sulit mencari penghidupan tidak seperti dulu sebelum menjadikan kebun kelapa sawit cari ikan dan kayu paling mudah dan sungaipun belum tercemari oleh limbah perkebunan.(Tutupnya)
“,Unkap Saidi Rosady S.H MH Mantap mahasiswa universitas Indonesia kata dia, di beberapa daerah, keberadaan sungai sangat penting tidak hanya sebagai penunjang kehidupan penduduk tetapi juga kelestarian lingkungan di sekitarnya
Ia mengatakan industri perkebunan kelapa sawit yang kian marak diupayakan khususnya di wilayah Sumatera dan Kalimantan di satu sisi merupakan salah satu penyumbang devisa yang besar bagi Indonesia.
Namun, di sisi lain perkebunan kelapa sawit yang dikembangkan dengan masif telah menimbulkan dampak kerusakan lingkungan di sekitar wilayah perkebunan.tutupnya
Cuplikan dari Republika.co.id Aliran sungai alami yang berdekatan dengan perkebunan kelapa sawit mengalami kerusakan sehingga perlu direstorasi, kata peneliti University of Rhode Island (URI) Amerika Serikat, Nancy E Karraker.
Hal itu, menurut dia, tampak dari deforestasi hutan-hutan tropis, berkurangnya biodiversitas, dan berbagai dampak negatif lainnya.
“Salah satu dampak kerusakan lingkungan yang cukup menjadi sorotan adalah rusaknya aliran sungai alami yang berdekatan dengan perkebunan kelapa sawit,” katanya.
Ia mengatakan perambahan hutan oleh perkebunan kelapa sawit menjadi faktor utama yang merusak ekosistem aliran sungai.
“Penggundulan hutan yang diganti tanaman sawit menyebabkan sungai kehilangan dukungan dari tanaman hutan heterogen yang sangat berguna bagi ekosistem. Selain itu juga menyebabkan pendangkalan hebat akibat sedimentasi yang bahkan dapat mengubah aliran air sungai,” katanya.
Pakar kebencanaan FTSP UII Sarwidi mengatakan hutan di Indonesia yang luas dan tersebar, di satu sisi memang dapat menjadi sumber daya ekonomi namun di sisi lain juga mempunyai potensi bencana.
Hutan yang tidak dipelihara dan dirusak oleh tangan tidak bertanggung jawab justru mendatangkan bencana yang mengancam penduduk di sekitarnya.
“Oleh karena itu diperlukan peran dari segenap pihak mulai dari pemerintah pusat, daerah, masyarakat hingga akademisi untuk memikirkannya,” kata Sarwidi.(*)